Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

“GURUKU IDOLAKU”



“Setiap hariku dibimbingnya, agar tumbuhlah bakatku, kan ku ingat slalu nasehat guruku terima kasihku guruku...”
Kalimat itu adalah penggalan syair lagu yang terasa sangat menyentuh hati bila dinyanyikan dan diresapi dalam hati. Begitu mulia tugas seorang guru yang tak mungkin terlupakan oleh siswanya walaupun siswa itu sudah menjadi orang sukses sekalipun. Alangkah bangganya seorang guru jika didengarnya bahwa siswanya sangat mengidolakan dirinya, walaupun siswa tersebut sudah tidak bersekolah lagi disekolah itu. Di jaman modern ini, sudah jarang terjadi siswa mengidolakan gurunya, yang terjadi justru sebaliknya. Siswa membenci gurunya karena alasan tertentu. Dengan keadaan yang seperti ini bagaimana seorang siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, karena begitu melihat sang guru, siswa tersebut langsung bersikap anti kepada gurunya. Kalau sudah terjadi hal ini, siswa pasti sulit berkonsentrasi dalam menerima pelajaran dari si guru,karena dalam diri si anak sudah terjadi penolakan terhadap si guru. Karena guru adalah sosok yang lebih dewasa dan bijak sudah sepantasnyalah jika guru selalu berusaha untuk dapat diterima di hati anak didik apapun keadaannya. Sebaiknya, para guru tidak berhenti belajar bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, walaupun guru tersebut sudah memperoleh gelar sarjana. Karena secara hakiki, belajar itu adalah kegiatan yang tidak pernah berhenti kecuali Allah memanggil kita untuk kembali kepadaNya.
Seorang guru hendaknya selalu mempunyai kekayaan yang berupa materi (bahan ajar) yang penuh dengan ide, kreatif, dan dapat mengembangkan profesi berdasar kompetensi inti dan fungsional guru, bersyukur kepada Allah SWT dan mengajar dengan penuh keikhlasan. Sedangkan hakekat menjadi guru idola adalah mampu memberikan pengajaran melalui kedalaman cinta berupa kebahagiaan, kasih sayang dan pemahaman terhadap siswa atau guru biofili, yang tidak hanya mengajar tapi juga belajar. Bila guru memahami dan mengenali kepribadian anak, maka dengan mudah akan menjadi guru yang disenangi oleh siswa. Dia akan tampil menjadi guru idola, karena anak merasa dihargai dan merasa nyaman dalam belajar. Karena perasaan nyaman tersebut, anak akan mengidolakan gurunya. Guru idola harus memiliki 3 hal yakni head (kepala) yang berarti kompetensi, wawasan yang luas dan memiliki inovasi. Hal kedua yaitu heart (hati) dalam menyampaikan pengajaran harus dengan hatinya dimana guru harus berempati dan penuh kehangatan. Serta yang ketiga adalah hand (tangan) yang berarti guru memiliki keterbukaan (dalam hal pelajaran) dan sifat humoris sehingga anak termotivasi untuk belajar.
Setiap guru berhak untuk diidolakan siswa-siswanya tapi sebelumnya, guru juga seharusnya mengenali setiap anak didiknya. Anak adalah individu yang unik dan dalam keunikan itulah banyak kompetensi yang bisa diasah secara optimal. “Orang tua maupun guru perlu memahami dunia dan kepribadian anak untuk mengembangkan kompetensi mereka dengan cara yang menarik dan menantang, yang akhirnya meningkatkan minat mereka. Seperti pendapat yang dikatakan oleh Psikolog Lina Muksin , ”tiap anak belajar dengan cara yang berbeda.”
Hasil belajar anak pun berhubungan erat dengan cara yang berbeda pada tiap siswa. Dengan pendekatan pengajaran yang berorientasi pada anak, diharapkan guru mampu menyediakan pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan tiap siswa, sehingga tercipta suasana kegiatan belajar yang menarik, bebas dari kecemasan dan tekanan. Sehingga tercapai proses belajar mengajar yang efektif. Suasana belajar yang kurang kondusif dan penuh kecemasan dapat menyebabkan anak kehilangan motivasi belajar, mogok sekolah, dan mengundang masalah psikologis lainnya. Metode pengajaran yang cenderung menyamaratakan anak, dapat merugikan proses belajar itu sendiri, karena tidak semua anak belajar dalam cara dan kecepatan yang sama, sehingga tujuan belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan membangun pemahaman mengenai materi tidak optimal.
Seorang guru yang bijak akan selalu mempertimbangkan dan memperlakukan anak sesuai dengan karakternya, karena setiap anak mempunyai keunikan dalam pribadinya. Metode Myers Briggs Type Indicator menjelaskan lebih lanjut tentang klasifikasi kepribadian kedalam skala preferensi. Menurutnya, tiap anak didik memiliki cara berbeda dalam sikap belajar. Dicontohkan, anak dengan kecenderungan ekstrovert, akan senang berinteraksi, mudah gaul dan menyenangi beragam kegiatan. Sedangkan anak yang introvet, lebih fokus pada satu kegiatan, senang lingkungan yang tenang dan senang belajar sendiri.
Sementara anak yang berkepribadian sensing (pengamat) senang bekerja dengan detil dan menyukai hal praktis. Tapi anak bertipe intuitive (penghayal) senang dengan tantangan dan hal baru, dan menyukai kegiatan imajinatif/berdaya cipta, kreatif dan penuh inspirasi. Sedangkan anak dengan tipe thinking (pemikir) dalam hal mengambil keputurusan lebih menggunakan logika, tegas, dan tidak sungkan mengkritik. Di sisi lain, anak dengan ciri feeling (perasa), lebih mempertimbangkan orang lain, suka dengan harmonisasi, dan sensitif terhadap kritikan.
Dengan beragam kepribadian anak seperti itu, hendaknya seorang guru harus memahami kondisi kejiwaan anak, sehingga anak akan mampu berkompetensi sesuai dengan tipe masing-masing kepribadiannya. Jika semua hal tersebut sudah dapat dikuasai oleh guru, maka guru tersebut sudah sangat pantas untuk diidolakan oleh siswa-siswanya. Semoga kita semua dapat menjadi guru yang diidolakan oleh semua siswa kita. Amin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Inspirasi semua pengajar

Posting Komentar